Siapa bilang air kencing sapi
merusak lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari satu ekor sapi mamp
menyuburkan sekitar empat hektare sawah yang setiap hektarenya bisa
menghasilkan enam hingga delapan ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air
kecing, yang keluar dari alat vital sapi,. Kandungan kimia urine sapi adalah N
: 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6 sampai 2,1. Namun sebelum
keluar dari tubuh sapi itu, makanan sapi harus direkayasa dulu. Awalnya, hasil
penemuan yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin), semata-mata
memang bukan untuk menyuburkan tanaman atau tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan
sapi. Cara menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan jeram dicampur garam
dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004).
Peningkatan produksi jahe di
Indonesia sangat diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik
budidaya terutama pada fase awal pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang
dan urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh diharapkan mampu memperbaiki
pertumbuhan tanaman jahe sehingga produksinya meningkat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis pupuk kandang, pengaruh
konsentrasi urin sapi dan interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk
kandang dan konsentrasi urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe
muda ( Hary Witriyono, 1993).
Budidaya tanaman kencur di pedesaan
umumnya masih bersifat sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan
kualitasnya beraneka ragam. Buku ini menyajikan cara penanaman kencur agar
dapat memperoleh hasil yang maksimal ( Rahmat Rukmana, 1994).
Brotowali adalah tanaman asli Asia
Tenggara. Di balik rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu menyembuhkan
berbagai jenis penyakit, ringan dan berat, seperti diabetes mellitus,
hepatitis, rematik, dan gatal-gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa
mengaplikasikan atau meramu sendiri resep-resep obat dari brotowali. Sebagai
pelangkap, buku ini disertai juga dengan pengalaman para penggunanya ( Budy
Kresnady, 2003).
Kunyit sudah lama dikenal sebagai
tanaman untuk bumbu dapur. Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun
digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga
sudah diolah secara modern dalam skla industri sebagai bahan baku obat,
kosmetik, dan pewarna tekstil. Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan dalam
buku ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengolah sendiri resep-resep tersebut
( Winarto, 2004).
Masyarakat semakin menyukai cara
pengobatan atau pencegahan gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami. Jahe,
Kunyit, Kencur, dan Temulawak merupakan bahan alami yang berkhasiat bagi
kesehatan. Salah satu bentuk penyajiannya adalah dengan dibuat menjadi minuman
yang cepat saji dan praktis, dengan kata lain dikemas dalam bentuk bubuk
instan. Buku ini memberikan informasi lengkap, mulai dari pengenalan
komoditasnya, peralatan, proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga
analisis usaha instan jahe, kunyit, kencur, dan temulawak ( Prastyo, 2003).
Temu-temuan dan empon-empon banyak
dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan bahan
obat/jamu tradisional. Komoditas temu-temuan dan empon-empon saat ini tidak hanya
dikenal di dalam negeri melainkan juga di luar negeri. Dengan demikian,
komoditas ini memiliki prospek pasar yang sangat luas sehingga patut
diperhitungkan oleh para petani ataupun pemerintah karena dapat mendatangkan
pendapatan tambahan bagi petani dan devisa bagi negara. Buku ini menyajikan
aneka temu-temuan dan empon-empon, baik yang sudah dikenal oleh masyarakat
maupun yang belum, mulai dari pengenalan masing-masing komoditas, budidaya,
manfaat, dan khasiatnya (Fauzilah Muhlisin, 1999).
Infeksi cacing tidak selalu menimpa
anak-anak. Siapa pun bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk
mengusir cacing dari saluran pencernaan kita itu bisa digunakan bahan-bahan
alami di sekitar kita. Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring ( Aliadi,
1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan
kental sisa kristalisasi dari pabrik gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu
yang diambil dari sisa penyulingan ciu sebelumnya. Setelah diaduk, pada
permukaan campuran bahan dasar ciu akan keluar buih. Campuran bahan dibiarkan
sampai tujuh hari sampai buih menghilang, baru siap dimasak, Bagi pembuat ciu,
kalau badek habis atau tak sanggup menghasilkan buih pada campuran bahan ciu,
berarti produksi mandek. Hasil sulingan tetes tebu biasanya mengandung alkohol
30-45 persen. Produsen ciu di Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90
persen. “Alkohol itu campuran tetes tebu yang disuling dua kali. Setelah jadi
ciu, dimasak lagi, ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari
200 liter campuran bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah melewati tiga
jam penyulingan. Kalau tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa
empat jam baru selesai, Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25
persen. Hasil sulingan ciu berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete, 2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa
fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam
amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih
dahulu akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan enzim a amilase
dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera
terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah
menjadi alkhohol.
Buckel (1987) menyatakan bahwa
fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh
enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme dan interaksi
yang terjadi diantara produk dari kegiatan – kegiatan tersebut dan zat – zat
yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar